Wednesday, April 4, 2012

The Girl with the Dragon Tattoo by Stieg Larsson


Setelah hiatus dari buku yang cukup lama, buku pertama yang membekas di hati saya adalah buku pertama dari Millennium series karangan Stieg Larsson. Penasarannya sebenarnya sudah bercokol cukup lama, apalagi buku ini dinobatkan sebagai best crime novel oleh beberapa pihak. Millennium series ini sendiri terdiri dari tiga buah buku, The Girl with the Dragon Tattoo, The Girl who Played with Fire, dan The Girl who Kicked the Hornest' Nest. Tapi usut punya usut, Larsson awalnya merencanakan agar seri ini terdiri dari 10 buah buku, namun karena kematian penulis yang mendadak, hanya tiga buku yang dapat diselesaikan.
Buku ini dimulai dari seorang jurnalis bernama Mikael Blomkvist yang mendapatkan tuntutan hukum dari seorang pengusaha ternama Swedia karena dianggap telah menulis artikel yang berisi kebohongan dan telah mencemarkan nama baik si pengusaha. Akibatnya Mikael divonis penjara, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai editor di majalah Millennium.
Selama masa istirahatnya, Mikael mendapatkan tawaran pekerjaan dari seorang pengusaha bernama Henry Vanger, pemilik dari Vanger Corporation, perusahaan terkemuka di Swedia. Henry Vanger bermaksud mengusut kasus hilangnya keponakan tersayangnya, Harriet, yang telah hilang selama lebih dari 40 tahun yang lalu. Awalnya Mikael menolak, namun karena cerita tentang keluarga Vanger sendiri ternyata menarik untuk dikuak, maka akhirnya Mikael memutuskan untuk tinggal dan membantu Henry untuk memecahkan kasus hilangnya Harriet.
Sementara dibuat terpukau oleh kisah Mikael dan Harriet, kita diperkenalkan dengan satu karakter bernama Lisbeth Salander. Lisbeth adalah seorang penyidik di satu perusahaan keamanan swasta, dengan track record kehidupan yang buruk. Dianggap berbahaya oleh masyarakat, Lisbeth yang awalnya diperkenalkan sebagai anak yaitm, harus hidup dibawah perwalian. Masalah mulai muncul ketika wali Lisbeth yang dapat dipercaya, Palmgren menderita stroke. Lisbeth dipindahkan ke wali yang baru, yang ternyata memiliki sifat abusif.
Lisbeth dan Mikael dipertemukan ketika Mikael mencari asisten riset untuk membantunya dalam kasus hilangnya/pembunuhan Harriet Vanger. Lisbeth yang biasanya bersifat protektif, di luar kebiasaan, menaruh kepercayaan pada Mikael. Mereka pun bersama-sama menyelidiki hilangnya Harriet, dan akhirnya menemukan rahasia-rahasia tergelap dari keluarga Vanger itu sendiri.

Saya adalah seorang fast reader. Biasanya satu buku diselesaikan SELALU dalam satu kali baca, nggak peduli betapa tebalnya buku itu. Saya bukan tipe orang yang biasa menandai novel dengan bookmark, menundanya selama semalam, mulai membaca lagi besok. Saya adalah pembaca yang ngotot, dimana ketika saya sudah membuka halaman pertama dari sebuah buku, saya akan terus-terusan membaca buku itu hingga selesai (dengan istirahat makan, mandi, dan shalat tentunya). Makanya apabila akan memulai membaca buku dengan halaman yang luar biasa banyaknya, biasanya saya memilih weekend, agar waktu saya tidak terpotong. Rekornya sih untuk buku The Pillars of the Earth, waktu mulai membaca adalah jam 9 malam, non-stop hingga selesai jam 12 siang keesokan harinya. :p
Tapi setelah umur bertambah, kewajiban bertambah, ternyata kebiasaan itu nggak bisa dipegang terus-terusan juga ya. Buku ini, dengan banggganya saya katakan, adalah rekor membaca terlama saya. 2 minggu lebih! Itu juga saya diam-diam membaca di sela-sela istirahat kantor, di mobil ketika kunjungan ke lapangan, 15 menit break ketika bosan di depan komputer. Selama 2 minggu, buku ini setia menemani saya kemanapun saya pergi.
Tapi hasilnya memang memuaskan. Plot yang lambat dan detail tidak membuat saya merasa bosan. Narasi yang cukup panjang tentang masing-masing tokoh, malah membuat penasaran terhadap masa depan tokoh tersebut. Karakter favorit? Lisbeth Salander tentunya. Wanita yang sering diremehkan sepanjang hidupnya ini ternyata salah satu hacker ternama di kalangan internasional, dengan otak yang cerdas dan ingatan fotografis. Almost perfect for a heroine, isn't it? Selain itu, masa lalu yang buram, masa depan yang nggak kalah amburadulnya saat Lisbeth terpaksa harus mengalami pelecehan seksual dari wali barunya membuat kita sebagai pembaca penasaran, what's next for her?
Tema yang diangkat oleh Larsson juga merupakan tema yang umum yaitu pelecehan terhadap kaum wanita. Larsson juga mengutip beberapa fakta tentang kekerasan terhadap wanita yang sering terjadi di Swedia. I read somewhere, kalo Larsson ini benar-benar niat melakukan riset dalam penulisan bukunya, sampai dia bergaul dengan kalangan neo-Nazi di Swedia!
Saya sudah selesai membaca buku keduanya sekarang, review menyusul segera. Dan nggak sabar untuk menunggu weekend besok untuk lanjut ke final installmentnya. Kapan giliran kamu? :) 

No comments:

Post a Comment