Wednesday, April 4, 2012

The Girl who Played with Fire by Stieg Larsson


Setelah ngos-ngosan menyelesaikan buku pertama selama 2 minggu, dan hampir menjerit nggak puas karena endingnya gantung abis, akhirnya suami berbaik hati untuk membelikan dua buku terakhir dari Millennium series ini. Buku kedua sendiri sukses dilalap selama sehari, sepanjang perjalanan dari Jakarta-Sukabumi.
Hasilnya? Buku kedua ini beyooooond the expectation. Bagus banget! Jauuuh lebih bagus dari buku pertamanya! Hehe, lebay yah? Abisnya saya benar-benar nggak bisa lepas dari buku ini sampai halaman terakhirnya selesai dibaca (dan masih juga pake jeritan nggak puas karena endingnya masih ngegantung Sodara-sodara! Oh, really??).
Buku dibuka dari kurang lebih setahun sejak peristiwa di akhir buku satu. Mikael kembali bekerja di Millennium, tetap menjadi seorang womanizer, sedangkan Lisbeth Salander sendiri dalam status hilang ditelan bumi.
Milennium menerima artikel yang menarik dari seorang penullis freelancer bernama Dag Svensson. Svensson mengangkat tentang penculikan gadis-gadis di bawah umur dan penggunaan mereka sebagai pekerja seks komersial, dibantu oleh kekasihnya, Mia Johansson yang sedang menyusun tesis dengan tema yang berkaitan. Svensson juga menawarkan hak penerbitan kepada penerbit Millennium, yang disambut baik oleh Mikael dkk. Masalah mulai terjadi disaat pada saat artikel dan buku tersebut nyaris selesai, Svensson dan Johansson ditemukan tewas di rumah mereka. Tebak siapa yang menjadi tersangka? Di senjata pembunuh, ditemukan sidik jari dari Lisbeth Salander!
Bingung dengan penemuan ini, Mikael mencoba membuktikan bahwa Salander tidak bersalah. Hal ini sulit dilakukan, karena selain tidak diketahui keberadaanya, masa lalu Salander yang cukup kelam dan arsip mengenai ketidakwarasannya menguatkan kecurigaan polisi bahwa dia benar-benar pelakunya. Mengetahui bahwa Salander tidak mungkin membunuh orang yang sedang memperjuangkan kebebasan wanita, seperti yang selama ini dia yakini, Mikael melakukan segala cara untuk mengontak Salander dan mencari tahu siapa sebenarnya yang ada di balik pembunuhan kedua penulis ini.
Belum selesai Mikael mencari, pembunuhan ketiga terjadi. Korbannya adalah wali Salander. Salander pun ditetapkan sebagai tersangka utama, dimana fotonya disebarluaskan di seluruh pelosok Swedia. Mikael pun mulai bimbang, apakah Salander benar-benar tidak bersalah? Dimanakah Salander? Siapakah yang bertanggung jawab dengan semua pembunuhan itu dan mengapa mereka menginginkan Salander terlihat bersalah?

Buku kedua ini dimulai dengan kehidupan Salander setelah kasus di buku pertama selesai (tidak akan saya ceritakan lengkap, karena takutnya jadi spoiler untuk yang belum baca buku pertama). Salander dan Blomkvist menjalani kehidupannya masing-masing, walaupun Blomkvist masih belum mengerti kenapa tiba-tiba Salander menarik diri dan memutuskan semua komunikasi dengannya.
Di buku ini juga kita mulai menguak kehidupan Lisbeth Salander di masa lampau, mengapa steorotip tidak waras dibebankan kepadanya. Kemana orang tuanya. Apa yang terjadi dengan kembarannya. Yups, Lisbeth ternyata ada dua! Satu persatu misteri kehidupan Lisbeth terungkap, dimulai dari peristiwa yang dia sebut "Awal Segala Laknat" yang merupakan awal mula dari kehidupannya yang sekarang, dan ternyata berkaitan dengan seluruh peristiwa yang terjadi pada dirinya selama ini.
Misteri yang dibangun sangat baik, plot lambat namun tidak membosankan. Larsson dengan apiknya mengangkat salah satu topik yang hangat di Swedia yaitu perdagangan gadis di bawah umur, dan industri seks komersial. Yang uniknya, meskipun Lisbeth dan Mikael tetap menjadi tokoh utama, mereka tidak bekerja bersama-sama lagi dalam jarak dekat seperti buku utama. Mereka bahkan tidak saling bertatapan muka hingga halaman terakhir buku ini dibuka. Serius. Saya sampai gemas sendiri menunggu pertemuan mereka. Walau begitu, Larsson tetap sukses membangun chemistry antara dua tokoh utama ini walau mereka berdua hanya berhubungan lewat dunia maya.
Can I give this book 5 stars from 5? Satisfied a lot with this one, dan mudah-mudahan buku ketiganya bisa memenuhi ekspetasi saya setelah membaca buku kedua ini. :)

The Girl with the Dragon Tattoo by Stieg Larsson


Setelah hiatus dari buku yang cukup lama, buku pertama yang membekas di hati saya adalah buku pertama dari Millennium series karangan Stieg Larsson. Penasarannya sebenarnya sudah bercokol cukup lama, apalagi buku ini dinobatkan sebagai best crime novel oleh beberapa pihak. Millennium series ini sendiri terdiri dari tiga buah buku, The Girl with the Dragon Tattoo, The Girl who Played with Fire, dan The Girl who Kicked the Hornest' Nest. Tapi usut punya usut, Larsson awalnya merencanakan agar seri ini terdiri dari 10 buah buku, namun karena kematian penulis yang mendadak, hanya tiga buku yang dapat diselesaikan.
Buku ini dimulai dari seorang jurnalis bernama Mikael Blomkvist yang mendapatkan tuntutan hukum dari seorang pengusaha ternama Swedia karena dianggap telah menulis artikel yang berisi kebohongan dan telah mencemarkan nama baik si pengusaha. Akibatnya Mikael divonis penjara, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai editor di majalah Millennium.
Selama masa istirahatnya, Mikael mendapatkan tawaran pekerjaan dari seorang pengusaha bernama Henry Vanger, pemilik dari Vanger Corporation, perusahaan terkemuka di Swedia. Henry Vanger bermaksud mengusut kasus hilangnya keponakan tersayangnya, Harriet, yang telah hilang selama lebih dari 40 tahun yang lalu. Awalnya Mikael menolak, namun karena cerita tentang keluarga Vanger sendiri ternyata menarik untuk dikuak, maka akhirnya Mikael memutuskan untuk tinggal dan membantu Henry untuk memecahkan kasus hilangnya Harriet.
Sementara dibuat terpukau oleh kisah Mikael dan Harriet, kita diperkenalkan dengan satu karakter bernama Lisbeth Salander. Lisbeth adalah seorang penyidik di satu perusahaan keamanan swasta, dengan track record kehidupan yang buruk. Dianggap berbahaya oleh masyarakat, Lisbeth yang awalnya diperkenalkan sebagai anak yaitm, harus hidup dibawah perwalian. Masalah mulai muncul ketika wali Lisbeth yang dapat dipercaya, Palmgren menderita stroke. Lisbeth dipindahkan ke wali yang baru, yang ternyata memiliki sifat abusif.
Lisbeth dan Mikael dipertemukan ketika Mikael mencari asisten riset untuk membantunya dalam kasus hilangnya/pembunuhan Harriet Vanger. Lisbeth yang biasanya bersifat protektif, di luar kebiasaan, menaruh kepercayaan pada Mikael. Mereka pun bersama-sama menyelidiki hilangnya Harriet, dan akhirnya menemukan rahasia-rahasia tergelap dari keluarga Vanger itu sendiri.

Saya adalah seorang fast reader. Biasanya satu buku diselesaikan SELALU dalam satu kali baca, nggak peduli betapa tebalnya buku itu. Saya bukan tipe orang yang biasa menandai novel dengan bookmark, menundanya selama semalam, mulai membaca lagi besok. Saya adalah pembaca yang ngotot, dimana ketika saya sudah membuka halaman pertama dari sebuah buku, saya akan terus-terusan membaca buku itu hingga selesai (dengan istirahat makan, mandi, dan shalat tentunya). Makanya apabila akan memulai membaca buku dengan halaman yang luar biasa banyaknya, biasanya saya memilih weekend, agar waktu saya tidak terpotong. Rekornya sih untuk buku The Pillars of the Earth, waktu mulai membaca adalah jam 9 malam, non-stop hingga selesai jam 12 siang keesokan harinya. :p
Tapi setelah umur bertambah, kewajiban bertambah, ternyata kebiasaan itu nggak bisa dipegang terus-terusan juga ya. Buku ini, dengan banggganya saya katakan, adalah rekor membaca terlama saya. 2 minggu lebih! Itu juga saya diam-diam membaca di sela-sela istirahat kantor, di mobil ketika kunjungan ke lapangan, 15 menit break ketika bosan di depan komputer. Selama 2 minggu, buku ini setia menemani saya kemanapun saya pergi.
Tapi hasilnya memang memuaskan. Plot yang lambat dan detail tidak membuat saya merasa bosan. Narasi yang cukup panjang tentang masing-masing tokoh, malah membuat penasaran terhadap masa depan tokoh tersebut. Karakter favorit? Lisbeth Salander tentunya. Wanita yang sering diremehkan sepanjang hidupnya ini ternyata salah satu hacker ternama di kalangan internasional, dengan otak yang cerdas dan ingatan fotografis. Almost perfect for a heroine, isn't it? Selain itu, masa lalu yang buram, masa depan yang nggak kalah amburadulnya saat Lisbeth terpaksa harus mengalami pelecehan seksual dari wali barunya membuat kita sebagai pembaca penasaran, what's next for her?
Tema yang diangkat oleh Larsson juga merupakan tema yang umum yaitu pelecehan terhadap kaum wanita. Larsson juga mengutip beberapa fakta tentang kekerasan terhadap wanita yang sering terjadi di Swedia. I read somewhere, kalo Larsson ini benar-benar niat melakukan riset dalam penulisan bukunya, sampai dia bergaul dengan kalangan neo-Nazi di Swedia!
Saya sudah selesai membaca buku keduanya sekarang, review menyusul segera. Dan nggak sabar untuk menunggu weekend besok untuk lanjut ke final installmentnya. Kapan giliran kamu? :) 

update

Life happens. A lot. Alasan klise ini sih yang membuat saya hiatus dari dunia tulis menulis, review me-review buku. Jangankan untuk mereview, membacanya saja tidak sempat. Mohon ampun buat teman-teman blogger, terutama yang terangkum di Blogger Buku Indonesia. Menjadi anggotanya saja saya sebenarnya malu. Melihat betapa teman-teman semangat dalam merangkai setiap kata, menceritakan betapa serunya setiap buku yang baru dijelajahi.

Intinya saya nggak bisa berjanji. Tapi mudah-mudahan walaupun sedikit demi sedikit masih bisa ikut serta dalam memeriahkan bursa pecinta buku di Indonesia.

:)